Beranda | Artikel
Menguak Misteri Kesyirikan
Senin, 3 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Menguak Misteri Kesyirikan adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang  disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. langsung dari Masjid Al-Barkah, Kompleks Rodja, Jl. Pahlawan, belakang Polsek Cileungsi, Kampung Tengah RT 03 / RW 03, Cileungsi, Bogor. Pada sabtu, 2 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 10 November 2018 M.

Kajian Tentang Menguak Misteri Kesyirikan – Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.

Pengertian kesyirikan secara bahasa disebutkan oleh Ahmad Ibnu Faris didalam kitab Mu’jam Maqayis al-Lughah, salah satu kamus besar bahasa arab. Bahwa kata syirik yang merupakan gabungan dari huruf (syin) ش, (ra) ر, dan (kaf) ك, hal ini menunjukkan pada dua pokok makna. Yang pertama adalah menunjukkan kepada persahabatan, pertemanan, persyarikatan dan kebalikan dari kesendirian. Dan yang kedua, syirik secara bahasa menunjukkan kepada kepanjangan dan keistiqomahan. Kita akan bahas secara lebih dalam dari makna yang pertama. Karena itu yang berkaitan dengan arti syirik secara istilah syariat.

Arti syirik secara bahasa seperti ini disebutkan oleh Allah didalam Al-Qur’an, surat Tha-ha ayat ke-32. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي ﴿٣٢﴾

dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,” (QS. Tha-ha[20]: 32)

Adapun arti syirik secara istilah syariat, banyak sekali para ulama menyebutkan arti syirik secara istilah syariat. Diantaranya yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdillah Ali Syaikh, cucu dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala. Beliau mengatakan sebagaimana disebutkan didalam kitab Taisir Al ‘Azizil Hamid bahwa kesyirikan adalah penyerupaan makhluk dengan Allah sang Maha Pencipta didalam kekhususan ilahiyyah. Ini adalah salah satu pengertian kesyirikan secara istilah syariat.

Didalam istilah syariat ini dikatakan bahwa syirik adalah penyerupaan. Ini adalah kata kuncinya. Penyerupaan makhluk dengan Allah dalam perkara yang khusus milik Allah. Seperti penciptaan, pemberian manfaat, menahan mudzarat, menahan, memberi, do’a, rasa takut, rasa harap, tawakal, dan seluruh ibadah yang seharusnya hanya diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala semata. Maka apabila ada penyerupaan makhluk dengan Allah sang Khaliq didalam perkara-perkara yang khusus milik Allah, maka ini adalah kesyirikan.

Misalnya ada orang yang menyerupakan makhluk bisa mengatur hujan. Maka hal ini berarti menyerupakan makhluk dengan Allah dalam perkara pengaturan hujan. Misalnya juga ada orang yang menyamakan orang yang sudah mati dengan Allah dalam perihal diperbolehkannya berdo’a kepadanya. Padahal do’a khusus milik Allah. Maka ini adalah kesyirikan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّـهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا ﴿١٨﴾

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin[72]: 18)

Adapun Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala mengatakan bahwa kesyirikan adalah mengarahkan salah satu dari jenis ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti berdo’a kepada selain Allah, tawakal kepada selain Allah, berharap kepada selain Allah, istighotsah kepada selain Allah, isti’anah kepada selain Allah, ini adalah kesyirikan.

Pengertian kesyirikan menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullahu ta’ala. Beliau adalah ulama Islam abad ke-14 H. Beliau wafat pada tahun 1476 H. Beliau adalah guru dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala. Beliau mengatakan bahwa syirik adalah seseorang menjadikan untuk Allah sekutu, dia berdo’a kepada sekutu tersebut sebagaimana dia berdo’a kepada Allah. Atau dia berharap seperti harapannya kepada Allah. Atau dia takut kepada sekutu tersebut seperti takutnya dia kepada Allah. Atau dia cinta seperti cintanya dia kepada Allah. Atau memindahkan untuk sekutu tersebut salah satu jenis dari jenis-jenis ibadah.

Pengertian dari Imam Asy-Syaukani rahimahullahu ta’ala. Beliau adalah ulama Islam abad ke-13 H dan wafat pada tahun 1200an, berasal dari Yaman. Beliau mengatakan bahwa syirik adalah berdo’a kepada selain Allah didalam perkara-perkara yang khusus milik Allah atau meyakini kekuasaan untuk selain Allah didalam perkara yang tidak dikuasai kecuali oleh Allah atau mendekatkan diri kepada selain Allah dengan mengerjakan ibadah yang tidak boleh dikerjakan kecuali hanya kepada Allah. Seperti mengatur alam semesta, pantai selatan, daratan, lautan, hujan, menumbuhkan tumbuhan. Kalau ada yang berkeyakinan selain Allah berkuasa didalam perkara-perkara yang kekuasaan tersebut hanya milik Allah, maka itu kesyirikan.

Dari lima definisi kesyirikan ini kita bisa meringkasnya menjadi dua.

Pertama, menyerupakan makhluk dengan Allah dalam perkara yang khusus milik Allah. Ibadah, khusus milik Allah. Kekuasaan, khusus milik Allah. Nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah, khusus milik Allah. Maka apabila terjadi penyerupaan makhluk dengan Allah dalam tiga perkara ini, itulah kesyirikan.

Apabila terjadi penyamaan selain Allah, apa saja dan siapa saja, apakah dia makhluk yang diciptakan dari cahaya yaitu Jibril alaihissalam, tidak boleh disamakan dengan Allah. Atau makhluk yang paling mulia yang diciptakan dari tanah yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh disamakan dengan Allah. Dan tidak benar keyakinan Nur Muhammad. Bahwasannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ…

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu…” (QS. Al-Kahfi[18]: 110)

Atau menyerupakan Allah dengan makhluk yang diciptakan dari api, jin. Atau menyerupakan Allah dengan benda mati. Allah tidak bisa diserupakan dengan apapun didalam perkara yang khusus milik Allah.

Pengertian yang pertama ini diambilkan dari firman Allah subhanahu wa ta’ala:

تَاللَّـهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿٩٧﴾ إِذْ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٩٨﴾

demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kalian(berhala selain Allah) dengan Rabb semesta alam”.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 98)

Kedua, syirik adalah menjadikan sekutu untuk Allah. Baik seseorang berdo’a kepada sekutu tersebut sebagaimana dia berdo’a kepada Allah, dia takut kepada sekutu tersebut sebagaimana dia takut kepada Allah. Tawakal kepada sekutu tersebut sebagaimana dia tawakal kepada Allah. Apapun dan siapapun sekutunya.

Dalil untuk pengertian yang kedua ini adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

…فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّـهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾

“...janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.“(QS. Al-Baqarah[2]: 22)

Begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang dosa yang terbesar:

Simak penjelasannya pada menit ke – 28:09

Simak dan Download mp3 Kajian Tentang Menguak Misteri Kesyirikan – Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45352-menguak-misteri-kesyirikan/